Topan Dahsyat Yagi Sebabkan Kerugian Rp2,5 Triliun di Vietnam

Hingga saat ini, beberapa daerah masih mengalami banjir atau menghadapi risiko tinggi kerusakan lebih lanjut, yang dapat memperburuk kerugian secara keseluruhan.


Vietnam, Suarathailand- Topan dahsyat Yagi dan dampaknya telah meninggalkan jejak kerusakan di berbagai daerah mulai dari Provinsi Thanh Hoa dan ke utara, dengan perkiraan kerugian harta benda mencapai VND40 triliun (Rp2,5 tiliun).

Angka tersebut awalnya dinilai oleh Kementerian Perencanaan dan Investasi dan diungkapkan pada rapat kabinet untuk membahas dampak topan tersebut, yang diketuai oleh Perdana Menteri Pham Minh Chinh.

Sebanyak 26 provinsi dan kota di wilayah utara dan Thanh Hoa yang terkena dampak topan tersebut menyumbang lebih dari 41% PDB negara tersebut dan 40% populasi.

Hingga saat ini, beberapa daerah masih mengalami banjir atau menghadapi risiko tinggi kerusakan lebih lanjut, yang dapat memperburuk kerugian secara keseluruhan.

Menteri Perencanaan dan Investasi Nguyen Chi Dung menyatakan dampak topan tersebut diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan negara dan banyak daerah pada paruh kedua tahun ini.

Secara khusus, pertumbuhan PDB negara pada kuartal ketiga mungkin mengalami penurunan sebesar 0,35%, dan sebesar 0,22% pada kuartal keempat. Untuk keseluruhan tahun, PDB dapat turun sebesar 0,15 persen dibandingkan dengan skenario pertumbuhan sebelumnya sebesar 6,8-7%.

Laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2024 untuk daerah yang paling terdampak seperti Hai Phong, Quang Ninh, Thai Nguyen, dan Lao Cai diperkirakan akan turun lebih dari 0,5%.

Banyak jalan yang terendam banjir atau rusak, yang menyebabkan aktivitas transportasi (terutama jalan raya dan rel kereta api) terganggu secara lokal.

Yagi merupakan topan terkuat di Laut Timur (secara internasional dikenal sebagai Laut Cina Selatan) dalam 30 tahun terakhir dan yang terkuat yang menghantam daratan utama dalam 70 tahun.

Hingga saat ini, lebih dari 350 orang tewas atau masih hilang.

Kementerian Perencanaan dan Investasi menilai bahwa sektor pertanian, tanaman pangan, ternak rumahan, dan akuakultur termasuk yang paling terpukul, membutuhkan sumber daya dan waktu yang signifikan untuk mengisi kembali persediaan, menanam kembali, dan melanjutkan produksi. Selain itu, banyak fasilitas pariwisata dan akomodasi rusak dan harus ditutup untuk perbaikan.

Perusahaan industri dan konstruksi juga terkena dampak topan, terutama secara tidak langsung, karena pemadaman listrik, gangguan komunikasi, dan dampaknya terhadap pekerja dan keluarga mereka.

Menteri Dung menekankan pentingnya menangani masalah sosial, terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, air bersih pedesaan dan perkotaan, tenaga kerja, lapangan kerja, dan mata pencaharian masyarakat.

Menteri tersebut menyerukan sumber daya yang diprioritaskan dan tindakan pemulihan pasca-topan dan banjir yang cepat untuk mencegah wabah penyakit dan menghindari dampak lebih lanjut terhadap kehidupan masyarakat.

Selain itu, Kementerian mendesak pemulihan segera infrastruktur seperti jalan, jembatan, sistem drainase, listrik, pasokan air, telekomunikasi, dan sekolah yang rusak.

Kementerian juga menggarisbawahi tugas mendesak untuk memulihkan sistem kelistrikan secepat mungkin, termasuk sumber daya dan jaringan listrik, serta menyiapkan rencana cadangan teknis untuk menjaga stabilitas sistem penyaluran listrik jika terjadi insiden.

Share: