AS Menang Banyak Perjanjian Dagang dengan Indonesia, RI Tetap Ditarif AS 19 Persen

Trump menyebut perjanjian dagang den Indonesia sebagai "kemenangan besar bagi Produsen Mobil, Perusahaan Teknologi, Pekerja, Petani, Peternak AS. 


AS, Suarathailand- Indonesia telah sepakat untuk menghapus tarif atas lebih dari 99% barang AS dan menghapus semua hambatan non-tarif yang dihadapi perusahaan-perusahaan Amerika.

Sementara itu AS akan menurunkan ancaman tarif atas produk-produk Indonesia dari 32% menjadi 19%.

Trump memuji kesepakatan  yang pertama kali diumumkannya pada 15 Juli dalam sebuah unggahan di platform media sosial Truth miliknya. Trump menyebut sebagai "kemenangan besar bagi Produsen Mobil, Perusahaan Teknologi, Pekerja, Petani, Peternak, dan Produsen kita."

Rincian kerangka kerja kesepakatan tersebut dirilis dalam pernyataan bersama oleh kedua negara, dan lembar fakta yang dikeluarkan oleh Gedung Putih. Mereka mengatakan bahwa negosiator dari kedua negara akan menyelesaikan kesepakatan yang sebenarnya dalam beberapa minggu mendatang.

"Hari ini, Amerika Serikat dan Republik Indonesia menyepakati kerangka kerja untuk merundingkan perjanjian perdagangan timbal balik guna memperkuat hubungan ekonomi bilateral kita, yang akan memberikan akses yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi eksportir kedua negara ke pasar masing-masing," demikian pernyataan seperti dilaporkan TheNation.

Kesepakatan Indonesia ini merupakan salah satu dari segelintir kesepakatan yang telah dicapai oleh pemerintahan Trump menjelang batas waktu 1 Agustus ketika tarif yang lebih tinggi akan diberlakukan.

Tarif tarif AS untuk Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, sama dengan 19% yang diumumkan untuk Filipina pada hari Selasa sebelumnya. Tarif tarif untuk Vietnam telah ditetapkan sebesar 20%.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Indonesia akan segera membatalkan rencananya untuk mengenakan tarif pada arus data internet, dan setuju untuk mendukung pembaruan moratorium bea masuk e-commerce Organisasi Perdagangan Dunia yang telah lama berlaku.

Indonesia juga akan menghapus inspeksi dan verifikasi pra-pengiriman yang baru-baru ini diberlakukan untuk ekspor AS yang telah menimbulkan masalah bagi ekspor pertanian AS dan berkontribusi pada defisit perdagangan pertanian AS yang semakin besar, kata pejabat tersebut.

Pejabat tersebut, yang tidak berwenang berbicara di depan umum, mengatakan perjanjian tersebut dapat membantu memulihkan surplus barang pertanian yang pernah dimiliki Amerika Serikat dengan Indonesia, hingga negara tersebut menerapkan persyaratan pra-pengiriman.

Sebagai sebuah kemenangan bagi produsen mobil AS, pejabat tersebut mengatakan Indonesia telah setuju untuk menerima Standar Keselamatan Kendaraan Bermotor Federal AS (FMS) untuk kendaraan yang diekspor dari Amerika Serikat ke negara berkembang berpenduduk 280 juta jiwa tersebut.

Indonesia juga telah setuju untuk menghapus pembatasan ekspor komoditas industri, termasuk mineral penting, menurut pernyataan bersama tersebut. Pejabat AS tersebut mengatakan bahwa mereka juga akan menghapus persyaratan kandungan lokal untuk produk yang menggunakan komoditas tersebut yang dikirim ke Amerika Serikat.

Pernyataan bersama tersebut menyatakan bahwa AS akan mengurangi tarif timbal balik menjadi 19%, dan "mungkin juga mengidentifikasi komoditas tertentu yang tidak tersedia secara alami atau diproduksi di dalam negeri di Amerika Serikat untuk pengurangan lebih lanjut dalam tarif timbal balik tersebut." Tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

Kedua negara mengatakan mereka akan menegosiasikan aturan asal barang untuk memastikan manfaat dari kesepakatan tersebut terutama dirasakan oleh AS dan Indonesia, bukan negara ketiga.

Mereka menyatakan bahwa Indonesia akan berupaya mengatasi hambatan bagi barang-barang AS, termasuk melalui penghapusan pembatasan impor dan persyaratan perizinan untuk barang atau suku cadang hasil remanufaktur AS.

Indonesia juga setuju untuk bergabung dengan Forum Global tentang Kelebihan Kapasitas Baja dan mengambil tindakan untuk mengatasi kelebihan kapasitas global di sektor baja. Reuters

Share: