Perintah tersebut mencakup lebih dari 45 kategori barang, terutama produk industri yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri atau dalam jumlah yang memadai oleh AS.
AS, Suarathailand- Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif baru pada hari Jumat (5 September), yang memberikan pembebasan tarif kepada negara-negara yang mencapai perjanjian ekspor dengan Amerika Serikat.
Menurut Thansettakij, langkah tersebut akan berlaku efektif pukul 00:01 pada hari Senin (8 September), menandai langkah signifikan lainnya dalam strategi perdagangan Trump, yang selama ini mengandalkan kenaikan dan pelonggaran tarif untuk menekan mitra dan membentuk kembali perdagangan global.
Perintah tersebut mencakup lebih dari 45 kategori barang, terutama produk industri yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri atau dalam jumlah yang memadai oleh AS.
Ini termasuk nikel, yang penting untuk baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik; emas dalam segala bentuk, dari bubuk dan foil hingga emas batangan; dan senyawa yang digunakan dalam produksi obat generik seperti lidokain anestesi dan reagen untuk pengujian medis. Barang-barang lainnya termasuk bahan kimia, grafit, magnet neodymium, dan bola lampu LED.
Fitur utama dari perintah tersebut adalah menghubungkan pembebasan tarif dengan "perjanjian perdagangan timbal balik" yang harus disepakati negara-negara dengan AS. Trump menegaskan bahwa setiap pengurangan tarif bergantung pada "cakupan dan nilai ekonomi dari komitmen yang dibuat mitra kepada Amerika Serikat," serta pada kepentingan nasional Amerika.
Langkah ini menyelaraskan struktur tarif AS dengan kewajiban yang ada, seperti perjanjian dengan Jepang dan Uni Eropa, sekaligus menciptakan jalur baru bagi produk pertanian, pesawat terbang dan suku cadangnya, serta produk farmasi bebas paten untuk memenuhi syarat pembebasan tanpa memerlukan tindakan eksekutif baru.
Dengan menerapkan Pasal 232 Undang-Undang Keamanan Nasional, Trump memperkuat strategi perdagangannya. Dalam tujuh bulan pertama masa kepresidenannya, ia telah menerapkan langkah-langkah tarif yang agresif untuk menekan mitra dagang, mengurangi defisit perdagangan AS, dan memaksimalkan pengaruh dalam negosiasi internasional.
Bagi beberapa negara, perintah tersebut dapat bertindak sebagai tekanan sekaligus insentif. Swiss, misalnya, saat ini menghadapi tarif impor emas setinggi 39% tetapi belum mencapai kesepakatan perjanjian perdagangan timbal balik dengan AS. Jika berhasil, tarif tersebut akan segera dicabut.