Indonesia Bakal Memproduksi Sendiri 48 Unit KF-21 Boramae

KF-21 Boramae sepakat dikembangkan lagi antara Indonesia dan Korea Selatan.

Indonesia sedang menatap kemandirian alutsista matra udara di dalam sosok jet tempur KF-21 Boramae.

KF-21 Boramae sepakat dikembangkan lagi antara Indonesia dan Korea Selatan.

Karena Indonesia sebelumnya sempat berniat menarik diri dalam proyek KF-21 Boramae.

Penarikan diri ini terjadi pada 2020 lalu saat Indonesia memulangkan kembali 110 insinyurnya dari Korea Selatan yang terlibat dalam pengembangan KF-21 Boramae.

Dengan alasan Covid-19, para insinyur Indonesia ini dipulangkan ke Tanah Air.

Karena adanya kejadian ini kepala Administrasi Program Akuisisi Pertahanan alias DAPA Kang Eun-ho yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil pada September 2020 mendatangi Jakarta.

Ia bertemu dengan Menhan Prabowo Subianto untuk menanyakan perihal apa insinyur Indonesia  ditarik mundur.

Tapi perundingan Kang dengan Prabowo saat itu menemui jalan buntu, Kang kembali ke Korea dengan tangan hampa.

Kang memimpin delegasi ke Jakarta pada September 2020, ketika dia menjadi wakil ketua DAPA. Namun, dia gagal merundingkan kembali syarat pengembangan bersama KF-21 meski telah bertemu dengan Prabowo," lapor Koreajoongangdaily.joins.com pada 11 November 2021.

Tapi seiring berjalannya waktu dan komunikasi antar keduanya intens dilakukan, pada 9 April 2021 Indonesia mulai mengubah arah kebijakannya.

Jakarta kembali berkomitmen akan proyek KF-21 Boramae dengan diundangnya Menhan Prabowo ke Sacheon, Gyeongsang Utara untuk melihat roll out si Elang Korea.

Lantas langkah meningkatkan kembali partisipasi Indonesia dalam proyek KF-21 Boramae diperlihatkan lagi dimana pada akhir Agustus 2021 Jakarta mengirim kembali 30 insinyurnya ke Korea Selatan.

Alasan Indonesia saat itu menarik insinyurnya dari Korea Selatan lantaran kejadian pada tahun 2018.

Saat itu Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) yang menyuplai teknologi kunci KF-21 Boramae menganaktirikan insinyur Indonesia  supaya tak mendapatkan kemampuan membuat sendiri jet tempur ini.

Laporan ini sampai ke telinga pejabat pertahanan Indonesia yang langsung meminta negosiasi ulang.

"Terus terang, delegasi Indonesia dilarang mengakses banyak bagian dari teknologi dan studi KF-X (KF-21 Boramae), terutama yang berkaitan dengan teknologi AS," kata insinyur itu yang tak mau disebutkan namanya kepada Defense News Mei 2018 silam.

"Memang benar insinyur AS yang dikirim ke markas KAI sensitif tentang kemungkinan kebocoran teknologi AS ke pekerja Indonesia," tambahnya.

Karena inilah Indonesia menjadi ragu akan kemampuan KF-21 Boramae dimana berujung pada penarikan mereka dari Korea Selatan.

"Mengingat Indonesia memberikan seperlima dari biaya pengembangan KF-X, masuk akal dalam beberapa hal bahwa para insinyur Indonesia merasa ragu tentang keunggulan teknis melalui program bersama ini (KF-21 Boramae)" katanya.

Meski demikian koreajoongangdaily.joins.com melaporkan bahwa Indonesia akan memproduksi sendiri 48 unit KF-21 Boramae bila program ini nantinya sudah selesai.

"Indonesia berencana memproduksi 48 jet KF-21 Boramae secara lokal setelah menerima satu prototipe pesawat dan data teknis (pembuatan jet tempur)," lapor koreajoongangdaily.joins.com kemarin. (zonajakarta)

Share: