Perang Iran-Israel Guncang Ekonomi Global; Harga Minyak Bisa Tembus USD90

Harga emas di spot internasional, berdasarkan pasar London, mencapai US$3.435 per ons.


Suarathailand- Pada 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Isfahan, Iran — kota penting yang menjadi tempat pangkalan militer vital dan fasilitas nuklir. Sebagai balasan, pada 14 Juni, Iran menembakkan lebih dari 100 rudal yang menargetkan Tel Aviv dan Yerusalem, melukai lebih dari 30 orang dan memicu peningkatan peringatan keamanan di seluruh Israel.

Menanggapi konflik yang meningkat, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan keadaan darurat nasional dan memperkuat sistem pertahanan udaranya.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan Iran mungkin akan melakukan gelombang serangan lebih lanjut dan mendesak masyarakat Israel untuk tetap waspada.

Situasinya masih sangat tidak stabil dan menimbulkan ancaman yang semakin besar terhadap stabilitas Timur Tengah dan ekonomi global.


Harga emas melonjak di tengah kekhawatiran geopolitik

Assoc Prof Ath Pisalvanich, seorang pakar dalam urusan ekonomi internasional dan ASEAN, mengatakan kepada Thansettakij bahwa konflik tersebut berdampak langsung pada harga emas global, yang terus melonjak.

Hingga 14 Juni, Asosiasi Pedagang Emas Thailand melaporkan harga jual emas domestik sebesar THB52.550–53.350 per baht-berat, dengan nilai beli kembali sebesar THB52.450. Harga spot internasional, berdasarkan pasar London, mencapai US$3.435 per ons.

Ath memperingatkan bahwa jika konflik berlanjut atau meningkat, harga emas dapat melonjak hingga THB60.000–65.000 per baht-berat, sejalan dengan nilai tukar global yang mungkin melonjak hingga US$4.000 per ons.

Seiring meningkatnya ketegangan geopolitik, pasar keuangan diperkirakan akan tetap bergejolak, dengan emas bertindak sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian yang semakin dalam di kawasan tersebut.

Ath menyatakan bahwa ketidakpastian global saat ini tidak hanya berasal dari meningkatnya konfrontasi militer Israel-Iran tetapi juga dari kerusuhan domestik di Amerika Serikat, khususnya protes terkait imigrasi di kota-kota besar seperti Los Angeles dan New York.

Gangguan yang terjadi bersamaan ini mengguncang pasar global, melemahkan dolar AS, sekaligus memberi ruang bagi yuan Tiongkok dan baht Thailand untuk menguat.

"Kali ini, serangan Israel signifikan. Meskipun Iran mungkin akan merespons, dari sudut pandang strategis dan militer, serangan itu kemungkinan hanya bersifat simbolis — lebih ditujukan pada moral daripada eskalasi," kata Ath. "Iran menghadapi Israel dan AS tanpa dukungan dari kekuatan global utama mana pun."

Skenario terburuk: perang berkepanjangan, guncangan minyak, dan kemerosotan PDB

Jika perang Israel-Iran berlarut-larut, Ath memperkirakan krisis dapat berlangsung selama 1–2 bulan. Skenario terburuk akan melibatkan Iran yang menutup Selat Hormuz, yang menangani lebih dari 20% pengiriman minyak global. Langkah tersebut dapat mendorong harga minyak hingga US$90 per barel.

Saat ini, minyak mentah Brent telah naik menjadi US$74,23 per barel, naik US$4,87, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik menjadi US$72,98, naik US$4,94, menyusul serangan terbaru.

Yang memperburuk krisis, serangan militan Houthi di Laut Merah dapat mengganggu rute pengiriman utama ke Eropa, mendorong biaya logistik global naik lebih dari 20%.

“Jika itu terjadi, pertumbuhan ekonomi global mungkin turun menjadi hanya 2,1% tahun ini — di bawah perkiraan terbaru Bank Dunia sebesar 2,3%. Pertumbuhan PDB Thailand dapat turun menjadi 1%, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,8%,” Ath memperingatkan.

Ia menambahkan eksportir Thailand akan menghadapi kenaikan biaya dari minyak dan pengiriman, sementara juga bergulat dengan tarif perdagangan AS yang baru. Di dalam negeri, ketegangan perbatasan Thailand-Kamboja dapat semakin membebani prospek.

Skenario optimis: konflik terbatas, dampak sedang

Dalam skenario yang lebih menjanjikan — jika konflik mereda dalam waktu satu bulan — harga minyak mungkin mencapai rata-rata US$80 per barel, dan biaya logistik dapat meningkat hanya sebesar 10%, tingkat yang dapat dikelola tetapi tetap merupakan risiko yang perlu dipantau secara ketat.


Penjualan global dan demam emas

Ath juga memperingatkan tentang penjualan terus-menerus di pasar saham global, terutama di AS. Obligasi pemerintah AS, yang secara tradisional dianggap sebagai investasi yang aman, kini dipandang sebagai aset berisiko tinggi. Sebaliknya, Tiongkok telah mempercepat pembelian emasnya, yang memperkuat peran emas sebagai aset safe haven.

“Jika perang ini berlarut-larut, kita akan melihat emas, minyak, biaya pengiriman, dan inflasi — baik global maupun domestik — meningkat lebih jauh. Setiap eskalasi baru akan mengguncang ekonomi global lebih keras lagi,” pungkasnya.

Share: