Jakarta akan Bangun Pulau Khusus Kucing Liar di Kepulauan Seribu

Langkah ini untuk menanggulangi kucing liar dan meningkatkan pariwisata, terinspirasi dari pulau-pulau kucing terkenal di Jepang.


Jakarta, Suarathailand- Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung berencana membangun "pulau kucing" di Kabupaten Kepulauan Seribu untuk menanggulangi kucing liar dan meningkatkan pariwisata, terinspirasi dari pulau-pulau kucing terkenal di Jepang.

"Ide pulau kucing ini bukan hal baru. Jepang sudah membangunnya dan menjadi destinasi wisata yang luar biasa," kata Pramono di Balai Kota, Kamis (13/3). Ia mengklaim komunitas pecinta kucing di Indonesia, khususnya di ibu kota, cukup besar.

"Kalau bisa diwujudkan, pulau ini bisa menjadi sumber pendapatan daerah Kepulauan Seribu," imbuh politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu, seperti dikutip tempo.co.

Ia juga memproyeksikan pulau ini menjadi pusat rehabilitasi kucing, yang juga akan menjadi rumah sakit kucing.

Pekan lalu, Pramono menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) karena telah melakukan sterilisasi kucing terbanyak, yakni hingga 1.000 ekor kucing pada Februari lalu.

Gubernur berharap program tersebut dapat menyasar 21.000 ekor kucing tanpa pemilik tahun ini.

Seorang perwakilan dari komunitas pecinta kucing Jakarta Sonny Kastara Dhaniswara, yang menyerahkan penghargaan MURI kepada Pramono, mendukung gagasan pembangunan pulau kucing tersebut, dengan mengatakan bahwa hal tersebut telah menjadi impian mereka sejak lama.

“Kami memiliki visi, mimpi, dan ambisi bahwa akan ada sebuah pulau di Indonesia yang akan menjadi pusat rehabilitasi kucing,” kata Sonny kepada wartawan pada hari Kamis.

Ia yakin bahwa pulau tersebut tidak hanya akan menarik pengunjung lokal tetapi juga wisatawan asing.


Kota bebas rabies

Secara terpisah, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta mengatakan program sterilisasi tersebut merupakan bagian dari upaya kota untuk mempertahankan statusnya sebagai kota bebas rabies sejak tahun 2004.

“Pengendalian populasi kucing liar tanpa memusnahkannya atau menyakiti hewan dapat dilakukan melalui sterilisasi,” kata kepala dinas Suharini “Eli” Eliawati pada hari Jumat.

Ia melanjutkan, pertumbuhan populasi kucing liar di Jakarta yang tidak terkendali telah menimbulkan berbagai masalah, termasuk kerusakan properti dan meningkatnya risiko penyakit.

KPKP Jakarta mencatat 465 laporan tahun lalu terkait gangguan yang disebabkan oleh kucing liar, sementara jumlah kucing liar di kota itu diperkirakan mencapai 860.000 ekor tahun lalu.

Eli juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), dokter hewan praktik, komunitas penyayang binatang, dan relawan lainnya yang turut serta dalam upaya sterilisasi di kota itu.

“Partisipasi aktif dari masyarakat sangat membantu dalam mewujudkan Jakarta ramah binatang [...] dan mempertahankan statusnya sebagai daerah bebas rabies,” lanjutnya.

Guru Besar Peternakan IPB University, Ronny Rachman, sebelumnya dalam sebuah pernyataan menjelaskan bahwa ledakan populasi kucing liar tersebut berpotensi mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.

Kucing-kucing tersebut dapat menyebarkan penyakit rabies, toksoplasma, dan penyakit zoonosis lainnya, termasuk Covid-19, imbuhnya.

Di Australia, misalnya, kucing liar telah menjadi predator satwa liar asli Australia.

Menurutnya, sterilisasi merupakan salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan populasi kucing domestik.

Namun, hal itu harus dilaksanakan secara rutin dan konsisten melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Kerja sama antara dokter hewan dan komunitas pecinta kucing akan sangat menentukan keberhasilan pengendalian populasi kucing, di samping peran pemerintah,” kata Ronny. The Jakarta Post

Share: