Militer Myanmar dan Kelompok Bersenjata Sepakat Gencatan Senjata

China klaim akan terus secara aktif mempromosikan perdamaian dan dialog serta memberikan dukungan dan bantuan untuk proses perdamaian di Myanmar utara.


Beijing, Suarathailand- Militer Myanmar dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) menandatangani perjanjian resmi untuk gencatan senjata yang dimulai pada hari Sabtu, kata kementerian luar negeri China, untuk menghentikan pertempuran di dekat perbatasan kedua negara.

Kedua pihak mengadakan pembicaraan di kota Kunming di barat daya China, di mana mereka berterima kasih kepada Beijing atas upayanya untuk mempromosikan perdamaian, kata juru bicara kementerian Mao Ning dalam jumpa pers rutin pada hari Senin.

"Mendinginkan situasi di Myanmar utara adalah kepentingan bersama semua pihak di Myanmar dan semua negara di kawasan tersebut, dan berkontribusi pada keamanan, stabilitas, dan pembangunan wilayah perbatasan antara China dan Myanmar," katanya.

China akan terus secara aktif mempromosikan perdamaian dan dialog serta memberikan dukungan dan bantuan untuk proses perdamaian di Myanmar utara, kata Mao.

MNDAA adalah salah satu dari beberapa kelompok bersenjata etnis minoritas yang berjuang untuk mengusir militer dari apa yang mereka anggap sebagai wilayah mereka.

Kelompok ini merupakan bagian dari apa yang disebut Aliansi Tiga Persaudaraan, bersama Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang dan Tentara Arakan, yang melancarkan serangan terhadap junta militer pada akhir Oktober 2023 dengan merebut sebagian besar wilayah di dekat perbatasan dengan Tiongkok.

MNDAA, yang terdiri dari etnis Tionghoa, mengatakan Juli lalu telah menguasai pangkalan militer besar di dekat perbatasan Tiongkok.

Analis mengatakan Tiongkok khawatir tentang kemajuan pasukan anti-junta yang telah mendorong militer keluar dari daerah perbatasan yang vital dan mulai membuat terobosan menuju pusat kota Mandalay.

Militer merebut kekuasaan dari pemerintah sipil Myanmar pada Februari 2021, yang menjerumuskan negara itu ke dalam krisis.

Tiongkok khawatir kekacauan di sepanjang perbatasannya yang panjangnya lebih dari 2.000 kilometer dengan Myanmar akan membahayakan investasi dan perdagangan.

Beijing sebelumnya menjadi perantara kesepakatan gencatan senjata di daerah perbatasan utara pada Januari 2024, tetapi kesepakatan itu gagal beberapa bulan kemudian. REUTERS

Share: