SEBANYAK 80 pelajar asal Afghanistan mulai belajar Islam moderat ala Indonesia sejak kemarin. Mereka diharapkan dapat kembali ke Afghanistan dan menerapkan ilmu serta pengalaman di Tanah Air untuk menjadi akar perdamaian di Afghanistan.
"Kedatangan anak-anakku semua ke Indonesia, walaupun hanya empat bulan, saya harapkan dapat bergaul, belajar kehidupan keislaman di Indonesia yang moderat dan penuh kedamaian," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka Diklat Program Pendalaman Agama Islam di Istana Wakil Presiden Jakarta, seperti dilansir Media Indonesia.
Para pelajar Afghanistan itu merupakan angkatan pertama yang akan belajar agama Islam di Pesantren Daarul Uluum di Lido, Bogor, dan Pesantren Tazakka di Batang, Jawa Tengah.
Diklat di pesantren tersebut, lanjut Kalla, merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Beasiswa diklat itu sekaligus merupakan tindak lanjut dari pertemuan trilateral ulama-ulama dari Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan pada Mei lalu.
Konflik di Afghanistan menjadi perhatian pemerintah Indonesia yang terus berupaya untuk mewujudkan perdamaian di negara itu. Diklat ini hanyalah sebagian kecil dari peran Indonesia untuk terus mendampingi Afghanistan melalui masa-masa sulit, selain juga bantuan diplomatis.
Selain itu, beasiswa ini juga merupakan salah satu bentuk peningkatan hubungan antara Indonesia dan Afghanistan.
"Indonesia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, selalu mendoakan dan berusaha membantu diplomasi, juga tentu berusaha keras sehingga perdamaian di Afghanistan dapat dicapai untuk kemakmuran bersama," lanjut Wapres Kalla.
Panutan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin juga menyatakan Indonesia akan terus berada di sisi Afghanistan. Ia pun berharap ajaran Islam moderat di Indonesia dapat dijadikan panutan bagi masyarakat Afghanistan melalui pelajarnya yang sedang mendapatkan beasiswa pendalaman agama Islam di Indonesia.
"Karakteristik pemahaman di Indonesia yang menitikberatkan pada aspek ramah dan moderat dalam perilaku keseharian, baik yang terkait kehidupan kebangsaan maupun kebangsaan, diharapkan dapat menjadi inspirasi dan role model di negara asalnya Afghanistan," kata Ma'ruf.
Keberagaman di Tanah Air dapat menjadi contoh bagi berlangsungnya hidup rukun dan toleransi di tengah perbedaan agama, budaya, suku, dan ras. Perbedaan itu, menurut Ma'ruf, memiliki potensi konflik cukup tinggi.
Meskipun demikian, potensi gesekan itu bisa dihindarkan dengan adanya toleransi antarumat beragama di Indonesia.
"Bagaimanapun juga, Indonesia yang majemuk baik dari sisi suku, etnik, dan agama ini memiliki (potensi) konflik yang besar. Namun, alhamdulillah wasyukurilah, masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini dapat menghadirkan kehidupan yang rukun, damai, dan bersatu," tandasnya.