Viral Mendunia, Turis Asing Berbondong-Bondong Saksikan Tari Pacu Jalur Dayung di Riau

Demam tari yang viral ini telah menarik pengunjung dari seluruh negeri dan dunia ke Sungai Kuantan di Provinsi Riau, Sumatra.


Riau, Suarathailand- Berbekal dayung warna-warni, para pendayung memenuhi perahu panjang di Indonesia bagian barat, mendayung dengan penuh semangat di hadapan penonton yang memadati arena lomba berkat kesuksesan viral seorang anak laki-laki yang terkenal karena tariannya di depan perahu tradisional.

Pacu Jalur tahunan di Pulau Sumatra mencapai puncaknya pada hari Minggu, dengan pihak penyelenggara memperkirakan akan ada 100.000 penonton tambahan tahun ini karena gerakan tarian Rayyan Arkan Dikha yang berusia 11 tahun di atas perahu yang bergerak cepat.

"Saya datang untuk menonton Pacu Jalur karena saya ingin memfilmkan dan menunjukkan festival ini kepada dunia," ujar turis Australia Duncan McNaught kepada AFP.

"Saya pikir para pendayung itu gila. Mereka hebat. Saya sangat menantikannya."

Sebuah klip berdurasi 20 detik yang menampilkan Rayyan menari di atas perahu telah ditonton jutaan kali di media sosial.

Bintang-bintang olahraga, termasuk Alex Albon dari Formula Satu dan Marc Marquez dari MotoGP, meniru gerakannya dalam video mereka sendiri, memutar-mutar tangan mereka lalu mengayunkan lengan mereka ke depan dan ke belakang.

Demam tari yang viral ini telah menarik pengunjung dari seluruh negeri dan dunia ke Sungai Kuantan di Provinsi Riau, Sumatra.

Warga negara Indonesia, Yuyun Kurnia, 38 tahun, melakukan perjalanan dari kota Medan, Sumatra, yang berjarak 17 jam berkendara, untuk menonton Pacu Jalur setelah mengetahuinya secara daring.

"Setelah viral di media sosial, saya ingin melihat Pacu Jalur secara langsung," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa menonton balapan tersebut secara langsung adalah hal yang "luar biasa".

Tahun lalu, balapan ini menarik 1,4 juta pengunjung dan lebih dari $2,5 juta bagi perekonomian lokal, menurut Kementerian Pariwisata.

Tahun ini, diperkirakan akan ada 1,5 juta penonton, dengan arus masuk wisatawan mancanegara yang signifikan, kata Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, kepada AFP.

Para pejabat yakin pendapatan bisa melonjak hingga $4,6 juta karena peningkatan pengeluaran per orang.


- 'Keren Banget' -

Pacu Jalur berasal dari abad ke-17, menurut situs web pemerintah daerah, ketika penduduk mengangkut barang dan orang menggunakan perahu kayu panjang tradisional yang disebut "jalur".

Perahu tersebut kemudian berkembang untuk digunakan dalam perlombaan, yang kini diadakan setiap bulan Agustus.

Warga mengatakan mereka senang karena ketenaran anak laki-laki itu telah menarik lebih banyak perhatian ke perlombaan tersebut.

"Saya pikir sangat keren bahwa seorang anak seusianya berhasil menciptakan personal branding melalui Pacu Jalur. Melalui tariannya, ia telah memperkenalkan Pacu Jalur ke seluruh dunia," ujar Naysila Ayunita Sari, 18 tahun, kepada AFP.

Perlombaan tersebut mengubah sebagian Sungai Kuantan, dengan tenda dan payung berjejer di tepi sungai.

Beberapa penonton terjun ke sungai untuk melihat perlombaan dari dekat.

Peran penari perahu yang berbahaya di ujung depan perahu dimaksudkan untuk menyemangati para pendayung.

"Anak itu berdiri dan menari di atas perahu, itu sama sekali tidak mudah," kata Frima, warga berusia 35 tahun, yang hanya menggunakan satu nama seperti kebanyakan orang Indonesia.

"Jika Anda bertanya apakah saya cukup berani untuk mencoba... jawabannya tidak."


- 'Bersyukur' -

Lebih dari 220 tim, sebagian besar mewakili desa atau kabupaten setempat, ikut serta dalam lomba tahun ini.

Mereka bersaing memperebutkan hadiah total sekitar 900 juta rupiah (US$55.000), kata Roni.

Pihak berwenang memanfaatkan peningkatan jumlah pengunjung untuk meningkatkan penyelenggaraan acara dan kebersihan sungai, menurut Roni.

Polisi dan militer sedang bergerak untuk menghentikan penambangan emas ilegal di dekat aliran sungai sebelum lomba untuk mengurangi polusi, katanya.

"Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tidak ada orang asing yang menonton Pacu Jalur. Sekarang ada," katanya.

Bagi warga lokal seperti Frima, yang telah menyaksikan pacuan kuda sejak kecil, minat baru terhadap pacuan kuda ini sungguh di luar imajinasi mereka.

"Saya tidak pernah menyangka semua mata tertuju pada tempat kecil di sisi barat Riau ini," ujarnya.

"Saya bersyukur Pacu Jalur kini dikenal dunia."

Share: