Thailand Waspadai Lonjakan Kasus Pelecehan Seksual Anak di Medsos

Thailand jadi salah satu dari 25 negara dengan tingkat pelecehan seksual online anak dan remaja yang mengkhawatirkan. 

Bangkok, Suarathailand- Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (NESDC) Thailand menyuarakan kekhawatiran tentang dampak parah pelecehan seksual di media sosial terhadap anak-anak dan remaja.

Laporan pandangan sosial baru-baru ini dari NESDC menunjukkan korban pelecehan berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan sosial, emosional, dan mental, termasuk kecemasan dan depresi. Dalam beberapa kasus, trauma ini berujung pada perilaku kriminal.

ECPAT Internasional, sebuah organisasi yang berafiliasi dengan UNICEF, mengidentifikasi Thailand sebagai salah satu dari 25 negara dengan tingkat pelecehan seksual online terhadap anak-anak dan remaja yang mengkhawatirkan. 

Hal ini sejalan dengan data dari Kepolisian Kerajaan Thailand yang melaporkan peningkatan signifikan dalam kasus pelecehan seksual terhadap anak, meningkat dari 48 kasus pada tahun 2017 menjadi 540 kasus pada tahun lalu.

NESDC mengkategorikan pelecehan seksual online terhadap anak-anak ke dalam tiga tingkatan. Pelecehan tingkat rendah sering kali melibatkan pelaku yang tidak menganggap tindakannya berbahaya, seperti melontarkan komentar yang menjurus ke arah seksual terhadap anak usia sekolah.

Pelecehan tingkat sedang melibatkan tindakan berulang yang dimaksudkan untuk menimbulkan tekanan emosional, seperti pelecehan yang terus-menerus, upaya untuk mempermalukan korban, dan melanggar privasi pribadi secara bertahap.

Pelecehan berat atau tingkat tinggi mencakup tindakan kekerasan dan agresif yang menyebabkan kerugian emosional dan psikologis yang signifikan. 

Tingkat ini melanggar undang-undang pelecehan seksual dan termasuk memikat anak di bawah umur ke dalam hubungan romantis, memaksa mereka melakukan tindakan seksual, merekam tindakan tersebut tanpa persetujuan, dan mengeksploitasi korban dengan meminta orang untuk melihat rekaman tersebut.

Laporan UNICEF pada tahun 2022 menyoroti bahwa banyak anak muda tidak tahu cara mencari bantuan jika mereka atau teman mereka mengalami pelecehan seksual online. 

Beberapa dari mereka tidak melihat diri mereka sebagai korban, sementara yang lain terlalu malu untuk melaporkannya sehingga kejahatan-kejahatan ini tidak dilaporkan, menurut NESDC.

NESDC menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah ini. Anggota keluarga harus memantau dengan cermat penggunaan media sosial oleh anak-anak mereka, dan baik pemerintah maupun masyarakat perlu menerapkan tindakan tegas untuk menghukum pelakunya.

Penyedia pendidikan dan komunitas juga harus berperan dalam mendidik masyarakat tentang hak-hak mereka, risiko pelecehan seksual online, dan sifat ancaman online yang terus berkembang.

NESDC menyarankan agar keluarga mengajari anak-anak mereka cara melindungi informasi pribadi, dan penyedia pendidikan harus memasukkan pelajaran tentang perawatan seksual ke dalam kurikulum mereka, lapor Bangkok Post.

Share: