Thailand Sebut Kamboja Salahgunakan Dana Pembersihan Ranjau dan Langgar Konvensi Ottawa

"Kamboja Menipu Dana Internasional!"

"Mereka pernah menderita akibat ranjau darat tetapi kemudian melanggar Konvensi Ottawa (menerima dana untuk pembersihan ranjau, namun diam-diam menggunakannya (ranjau lagi) untuk melawan Thailand."


Bangkok, Suarathailand- Halaman Facebook "RTATrend" menyebut Kamboja terus menggunakan ranjau darat terlarang, sekaligus menerima dana internasional untuk pembersihan ranjau, dan menyebut negara itu "Scambodia".

Halaman Facebook "RTATrend" pada hari Sabtu menyebut Kamboja menyalahgunakan dana internasional yang ditujukan untuk pembersihan ranjau dan melanggar Konvensi Ottawa yang melarang ranjau anti-personel.

Unggahan tersebut menyusul insiden pada Sabtu pagi di mana tiga tentara Thailand terluka setelah menginjak ranjau darat saat berpatroli untuk mengamankan rute antara Ban Don Ao dan Ban Kritsana di Provinsi Si Sa Ket.

Unggahan tersebut berbunyi:

"Kamboja Menipu Dana Internasional!"

"Mereka pernah menderita ranjau darat tetapi melanggar Konvensi Ottawa — Menerima dana untuk pembersihan, namun diam-diam menggunakannya untuk melawan Thailand."

Kamboja dianggap sebagai salah satu negara yang paling parah terkena dampak ranjau darat di dunia. Pasca era Khmer Merah dan perang saudara selama puluhan tahun dari tahun 1970-an hingga 1990-an. Hal ini membuat negara ini dipenuhi ranjau darat, terutama di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja, yang dulunya merupakan medan perang utama.

Untuk mengatasi masalah ini, Kamboja bergabung dengan Konvensi Ottawa pada tahun 1999, yang melarang produksi, penggunaan, penimbunan, dan pemindahan ranjau anti-personel. Konvensi ini juga mewajibkan para penandatangan untuk membersihkan ranjau di wilayah mereka dan membantu para korban.

Selama bertahun-tahun, Kamboja terus menerima dukungan finansial dari komunitas internasional — termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa — melalui program pembersihan ranjau dan bantuan korban. 

Contohnya termasuk dukungan untuk Pusat Aksi Ranjau Kamboja (CMAC), yang dipimpin oleh Heng Ratana, dan proyek "Pembersihan untuk Hasil" UNDP. Dana ini bertujuan  mengurangi risiko, meningkatkan keselamatan, dan memulihkan lahan untuk mata pencaharian masyarakat.

Dari deskripsi tersebut, Kamboja mungkin tampak seperti negara yang menyedihkan — tetapi kenyataannya, itu jauh dari kebenaran.

Dalam situasi perbatasan Thailand-Kamboja terkini, Kamboja masih menggunakan ranjau anti-personel PMN-2. Akibatnya, tiga tentara Thailand menderita luka parah dan kehilangan anggota tubuh — dua sebelum bentrokan bersenjata dan satu setelahnya.

Meskipun Heng Ratana, Direktur CMAC, telah berulang kali membantah bahwa Kamboja menggunakan ranjau darat — mengklaim bahwa semua yang ditemukan adalah ranjau Thailand yang terletak di wilayah Thailand — penyangkalan ini bertentangan dengan pernyataan Letnan Jenderal Mali Sojeata, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja. Ia mengatakan ranjau tersebut sudah tua dan terkubur di wilayah Kamboja. Namun, gambar-gambar terbaru yang dipublikasikan oleh media Kamboja pada 31 Juli 2025 di Kuil Ta Kwai dengan jelas menunjukkan bahwa Kamboja masih menyebarkan ranjau darat.

Meskipun pertemuan GBC untuk meredakan bentrokan perbatasan telah berakhir, salah satu tuntutan Thailand adalah agar Kamboja membersihkan ranjau — sebuah permintaan yang belum diterima Kamboja. Ini bisa jadi karena Kamboja terus berbohong kepada komunitas internasional, mengklaim tidak menggunakan ranjau darat.

Pada akhirnya, Kamboja terus menipu dunia dengan menolak penggunaan ranjau darat, sementara masih menerima dana internasional untuk pembersihan ranjau. Ini jelas menunjukkan bahwa Kamboja terus mengeksploitasi setiap saluran yang memungkinkan untuk menggelapkan uang dari negara lain — sesuai dengan julukan "Scambodia".

Ranjau darat mungkin menawarkan keuntungan jangka pendek di medan perang, tetapi membawa kerugian jangka panjang bagi warga sipil.

Share: