ICAO meyakini permintaan transportasi udara akan meningkat 4,3% per tahun di seluruh dunia dua dekade mendatang.
Angin kemajuan di sektor penerbangan sedang bertiup kencang di seluruh Asia-Pasifik, dengan rencana ambisius yang mulai diwujudkan di Malaysia dan Thailand.
Malaysia menargetkan untuk menjadi pemimpin industri dirgantara pada tahun 2030, sementara perdana menteri Thailand telah menguraikan rencana strategis untuk mengubah negara tersebut menjadi pusat penerbangan regional pada tahun yang sama.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) meyakini permintaan transportasi udara akan meningkat rata-rata 4,3% per tahun di seluruh dunia selama dua dekade mendatang, dengan kawasan Asia-Pasifik mengalami pertumbuhan paling besar.
Sebuah studi yang dirilis tahun lalu oleh firma riset pasar Mordor Intelligence memperkirakan pasar penerbangan di kawasan Asia-Pasifik akan menjadi pasar dengan pertumbuhan tercepat antara tahun 2024 dan 2029. Sebagian besar didorong oleh pulihnya industri pariwisata, ukuran pasar sektor penerbangan diperkirakan akan mencapai US$102,27 miliar ( 3,76 triliun baht) pada tahun 2029, naik dari $88,35 miliar. Meningkatnya jumlah wisatawan kelas atas juga diperkirakan akan merangsang permintaan terhadap jet bisnis di wilayah tersebut.
Komisi Penerbangan Malaysia (MAVOM) baru-baru ini merilis statistik untuk kuartal pertama tahun 2024, menunjukkan 22,6 juta penumpang atau meningkat 16,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini terutama didorong oleh perjalanan udara internasional yang berjumlah 11 juta penumpang.
Industri penerbangan Malaysia berada pada jalur pemulihan yang stabil, dengan angka kuartal pertama tahun ini mencapai 85,5% dari tingkat tahun 2019. Hal ini menandai pertama kalinya lalu lintas udara internasional melampaui lalu lintas udara domestik sejak pandemi, sehingga menyoroti pemulihan pariwisata global.
Pada hari Kamis, Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke mengatakan pada peluncuran layanan pemeliharaan, perbaikan dan perombakan (MRO) jet pribadi baru di Bandara Sultan Abdul Aziz Shah (Bandara Subang) Kuala Lumpur bahwa negaranya terbuka untuk lebih banyak investasi asing di bidang penerbangan.
Anthony Loke mengatakan bandara Kuala Lumpur akan diubah menjadi hub penerbangan regional pada tahun 2030.
“Operasi jet akan segera dimulai tahun ini, mungkin pada kuartal ketiga. Kami sedang dalam renovasi, dan ada beberapa penyesuaian pada terminal. Itu baru tiga tahun pertama,” ujarnya.
Malaysia bukan satu-satunya negara yang ingin memposisikan dirinya sebagai pusat penerbangan Asia-Pasifik. Thailand juga sedang merencanakan arah menuju keunggulan dalam bidang penerbangan, dengan Perdana Menteri Srettha Thavisin meluncurkan strategi “Ignite Thailand Aviation Hub” pada bulan Maret.
Rencana PM Srettha tersebut bertujuan untuk mengembalikan status Bandara Suvarnabhumi sebagai salah satu dari 20 bandara terbaik di dunia dalam lima tahun dan meningkatkan kapasitasnya untuk menangani hingga 150 juta penumpang per tahun pada tahun 2030.
Kapasitas Bandara Don Mueang juga akan diperluas hingga melayani hingga 50 juta penumpang per tahun pada tahun 2030 dari kapasitas saat ini sebesar 30 juta.