Thailand akan Bentuk Bank Pangan, Cegah Makanan Terbuang Sia-sia

Bank ini akan membantu menyelesaikan masalah terbuangnya makanan sehingga mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Badan Pengembangan Sains dan Teknologi Nasional (NSTDA) Thailand menjadi tuan rumah dengar pendapat publik dengan Scholars of Sustenance Foundation (SOS) untuk menguraikan rencana pendirian bank pangan nasional.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya badan tersebut untuk membangun sistem yang berkelanjutan dan praktis dalam mengelola limbah makanan di Thailand.

Nuanwan Sanguansak, wakil presiden bagian manajemen strategi dan penganggaran NTSDA, mengatakan audiensi publik ini bertujuan mengumpulkan masukan mengenai pedoman pengelolaan kelebihan pangan di Thailand dan akan mengarah pada pembentukan Bank Pangan Nasional.

Hal ini akan membantu menyelesaikan masalah hilangnya atau terbuangnya makanan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.

Sistem pengelolaan pangan yang efektif juga akan membantu pengembangan solusi yang tepat untuk mengatasi ketahanan pangan bagi kelompok rentan yang tidak memiliki akses memadai terhadap makanan bergizi.

Lebih dari 60 perwakilan dari berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta, menghadiri acara tersebut untuk berbagi ide-ide mereka yang akan menjadi pedoman bagi pengembangan kebijakan yang kuat untuk mengelola kelebihan pangan di Thailand, serta untuk mendirikan bank pangan negara tersebut.

Mereka juga bertukar pikiran tentang cara meningkatkan kesadaran akan surplus pangan. Ini bukan makanan sisa melainkan makanan yang belum terjual namun masih bisa dimakan. Diskusi juga terfokus pada permasalahan logistik yang harus diatasi oleh sistem manajemen pengiriman makanan.

Salah satu usulan yang diajukan adalah mendirikan gudang atau ruangan pendingin untuk menyimpan makanan sebelum disalurkan kepada mereka yang paling membutuhkan.

Menurut peneliti kebijakan NTSDA Patamaporn Prachumrat, langkah ini dipicu oleh penelitian yang menemukan satu dari setiap tiga produk makanan dibuang. Hal ini tidak hanya menyia-nyiakan sumber daya, tetapi juga menimbulkan ancaman terhadap lingkungan dengan mengeluarkan gas rumah kaca.

Karena NTSDA telah memiliki teknologi untuk mengelola kelebihan pangan, ia menyatakan bahwa salah satu misi utamanya adalah mendukung pengelolaan kelebihan pangan dan mendorong penyampaian donasi yang lebih efisien.

Mengutip platform digital NECTEC sebagai contoh, ia mencatat platform tersebut secara otomatis mencocokkan kebutuhan dengan makanan yang disumbangkan dan terhubung dengan sistem Cloud Food Bank milik SOS Foundation.

Dalam hal langkah-langkah pengurangan karbon, dia menyatakan NTSDA berencana untuk melakukan studi jejak karbon pada kelebihan makanan yang berhasil diselamatkan.

Mengingat prinsip donasi kelebihan makanan adalah membangun jaringan di antara berbagai donatur dari lebih dari 1.200 merek, ia mengatakan menciptakan insentif untuk donasi yang berkelanjutan dan meningkat merupakan prioritas.

Ia juga menyatakan agar seluruh pihak yang terlibat harus memperhatikan dengan baik makanan yang sampai ke penerimanya.

Selain dalam jumlah yang cukup, sumbangan pangan berlebih juga harus dikelola secara berkualitas, bergizi lengkap, sehingga memerlukan kolaborasi semua pihak.

Ia juga menyarankan untuk menambah lebih banyak saluran donasi, serta komunikasi dan insentif yang lebih beragam agar dapat menjangkau lebih banyak orang yang ingin berdonasi.

Share: