Singapura dan Thailand Diguncang Resesi Seks, Angka Kelahiran Rendah

Thailand memiliki tingkat kesuburan yang tergolong rendah yakni berada di 1,08 kelahiran sepanjang 2023

Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat kelahiran terendah

Dua negara di Asia Tenggara (ASEAN) dilaporkan mengalami penurunan populasi karena rendahnya angka kelahiran akibat resesi seks. Resesi seks merupakan fenomena menunda pernikahan dan memiliki anak. Situasi ini menjadi darurat  nasional yang perlu segera diatasi.  

Dikutip dari The Guardian (21/3/2024), resesi seks menjadi "bom waktu" ancaman populasi yang dihadapi negara-negara Asia, khususnya wilayah Asia Timur. Kondisi ini disebabkan masyarakat di Asia Timur mengalami penuaan yang cepat hanya dalam beberapa dekade, setelah industrialisasi pesat. 

Meskipun banyak negara Eropa juga menghadapi tingginya populasi menua, namun kecepatan dan dampak perubahan tersebut dapat dimitigasi dengan imigrasi. Namun, negara-negara di Asia, seperti Korea Selatan, Jepang, dan China menolak menjalankan kebijakan imigrasi massal untuk mengatasi penurunan populasi usia produktif, karena mempertimbangkan kondisi dalam negeri.

Para ahli memperkirakan, pergeseran pola demografi global akibat resesi seks, khususnya di Asia dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya tuntutan budaya kerja yang tinggi, stagnasi upah selama beberapa tahun terakhir, kenaikan biaya hidup, perubahan cara pandang terhadap pernikahan, kesetaraan gender, serta menurunnya tingkat kepuasan hidup generasi muda. 

Meski demikian, masih ada beberapa negara di Asia yang mengalami resesi seks mulai berupaya menanggulangi masalah ini secara berkelanjutan, salah satunya dengan memberikan program dan bantuan bagi warganya. 


Thailand

Survei National Institute of Development Administration (NIDA) Thailand pada September 2023 menunjukkan, sebanyak 44 persen responden mengaku kurang berminat memiliki anak. Alasan utamanya karena biaya pengasuhan anak yang semakin tinggi dan ketidakinginan terbebani dengan kewajiban mengasuh anak.  

Selain karena biaya pengasuhan yang tinggi, penurunan angka kelahiran juga meningkatkan demografi orang lanjut usia (lansia) di Thailand. Lansia berusia 60 tahun ke atas tercatat sudah mencakup seperlima dari total populasi penduduk di Thailand.

Selain itu, Thailand juga memiliki tingkat kesuburan yang tergolong rendah, yakni berada di 1,08 kelahiran sepanjang 2023. Wakil Perdana Menteri Thailand, Somsak Thepsutin menyampaikan, apabila kondisi tersebut tak segera diatasi, maka populasi Thailand bisa berkurang setengahnya, dari saat ini 66 juta menjadi 33 juta hanya dalam waktu 60 tahun

 Singapura 

Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat kelahiran terendah. Dikutip dari CNBC (18/9/2023), angka kelahiran di Singapura mencapai rekor terendah pada tahun 2022, setelah bertahun-tahun mengalami penurunan. Kelahiran hidup tahun lalu anjlok sebesar 7,9 persen, karena mahalnya biaya hidup di Singapura. 

Selain itu, tingginya biaya hidup terus menjauhkan banyak orang dari menambah keluarga mereka dan berdampak pada resesi seks yang berkelanjutan. 

Meski demikian, angkat kelahiran sedikit meningkat pada 2022 menjadi 1,12 dari 1,1 pada tahun sebelumnya ketika orang-orang tinggal di rumah selama Covid-19. Namun, tren kesuburan menunjukkan perempuan juga memilih untuk memiliki anak di kemudian hari, atau tidak sama sekali. 

 Data dari Departemen Statistik Singapura menunjukkan, wanita berusia antara 25-29 tahun kini memiliki lebih jarang melahirkan dibandingkan wanita berusia antara 35-39 tahun.  

Share: