Junta militer Myanmar memberi pengarahan kepada negara-negara tetangga tentang rencana pemilu.
Amerika Serikat mengatakan pemilu apa pun di bawah junta militer akan menjadi "tipuan".
Myanmar, Suarathailand- Menteri luar negeri yang ditunjuk junta militer Myanmar memberi pengarahan kepada pejabat dari lima negara tetangga tentang rencana militer yang berulang kali tertunda untuk menyelenggarakan pemilu, kata menteri luar negeri Thailand.

Militer Myanmar merebut kekuasaan pada tahun 2021, dengan membuat klaim yang tidak berdasar tentang kecurangan pemilu besar-besaran dalam pemilu 2020 yang dimenangkan dengan telak oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) milik peraih Nobel Aung San Suu Kyi.
Sejak itu, militer melancarkan tindakan keras berdarah terhadap perbedaan pendapat dan ketika pertempuran melanda sebagian besar negara, militer berulang kali menunda rencana untuk pemilu baru yang menurut para kritikus tidak akan bebas atau adil.
Menteri luar negeri yang ditunjuk junta militer Than Swe bertemu dengan para diplomat dari Tiongkok, India, Bangladesh, Laos, dan Thailand untuk "konsultasi informal", kata juru bicara kementerian luar negeri Thailand Nikorndej Balankura kepada wartawan.
Myanmar "menjelaskan secara garis besar bahwa kemajuan sedang dibuat menuju pemilihan umum" pada tahun 2025, katanya, seraya menambahkan bahwa tidak ada rincian, termasuk tanggal pasti, yang dibahas.
Pembicaraan di Bangkok diselenggarakan oleh menteri luar negeri Thailand Maris Sangiampongsa dan berlangsung sehari menjelang pembicaraan informal tentang Myanmar yang diselenggarakan oleh blok Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
ASEAN, yang Myanmar menjadi anggotanya, telah membuat sedikit kemajuan dalam menyelesaikan krisis Myanmar.

Thailand, yang secara rutin menampung ribuan orang yang melarikan diri dari konflik, telah mengadakan pembicaraan bilateral sendiri dengan para pemimpin junta Myanmar. Pada tahun 2023, menteri luar negerinya saat itu juga mengatakan bahwa ia telah bertemu sebentar dengan Suu Kyi, yang telah berada dalam tahanan militer sejak kudeta.
Junta telah beberapa kali menunda jadwal pemilihan umum baru karena berjuang untuk menghancurkan oposisi yang meluas terhadap pemerintahannya dari kelompok pemberontak etnis dan "Pasukan Pertahanan Rakyat" yang pro-demokrasi.
Pada tahun 2022, komisi pemilihan yang dikuasai junta militer mengumumkan bahwa NLD milik Suu Kyi akan dibubarkan karena gagal mendaftar ulang berdasarkan undang-undang pemilihan baru yang dirancang militer.
Tiongkok, sekutu terpenting junta militer, semakin khawatir dengan konflik yang terjadi di wilayahnya dan pada bulan Oktober menyerukan "rekonsiliasi yang dipimpin oleh seluruh rakyat Myanmar".
Awal tahun ini, menteri luar negerinya mengatakan Beijing mendukung rencana junta militer untuk menyelenggarakan pemilu.
Amerika Serikat mengatakan bahwa pemilu apa pun di bawah junta militer akan menjadi "tipuan", sementara analis mengatakan pemilu akan menjadi sasaran lawan militer dan memicu pertumpahan darah lebih lanjut.




