Israel Mulai Operasi Darat di Gaza Utara dan Selatan, 135 Orang Tewas

Militer Israel menargetkan rumah sakit dan rumah dalam pemboman paling intens sejak dimulainya perang.


Gaza, Suarathailand- Militer Israel telah mengumumkan dimulainya operasi darat baru yang ekstensif di seluruh Gaza utara dan selatan pada hari yang menewaskan sedikitnya 135 orang dalam gelombang serangan tanpa henti di daerah kantong Palestina tersebut.

Setidaknya 36 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka ketika pesawat tempur Israel mengebom sebuah kamp tenda yang melindungi warga Palestina yang mengungsi di daerah al-Mawasi, Khan Younis, di Gaza selatan, sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera.

Video terverifikasi dari tempat kejadian menunjukkan banyak mayat, termasuk beberapa yang terbakar. Korban tewas dan terluka dibawa ke rumah sakit lapangan terdekat dan Kompleks Medis Nasser.

Setidaknya 135 orang tewas pada Minggu pagi, termasuk 42 orang di wilayah utara Gaza yang dibom berat, sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera Arabic. Lima wartawan juga termasuk di antara korban ketika rumah mereka dibom.

Setidaknya 464 warga Palestina tewas dalam seminggu terakhir saat militer Israel bersiap untuk mengintensifkan invasi daratnya ke wilayah Palestina meskipun ada kritik internasional. Setidaknya 53.339 warga Palestina tewas dan 121.034 terluka sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Tentara Israel pada hari Minggu mengonfirmasi dimulainya Operasi Gideon’s Chariots, yang akan melibatkan tentara reguler dan cadangan dari Komando Selatan yang memimpin invasi darat ke Gaza utara dan selatan, yang didukung oleh angkatan udara.

Mereka melaporkan telah menyerang lebih dari 670 tempat di Gaza selama seminggu terakhir dan mengklaim semuanya adalah "target Hamas" yang terletak di atas dan di bawah tanah. Israel dituduh secara tidak proporsional menargetkan warga sipil di Gaza, termasuk keluarga yang mengungsi.


‘Ribuan orang sakit dan terluka bisa meninggal’

Di antara target tersebut adalah tiga rumah sakit besar, menambah penargetan sistematis fasilitas perawatan kesehatan di seluruh wilayah kantong yang kini telah membuat tiga rumah sakit tidak beroperasi minggu ini saja.

Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara tidak beroperasi lagi pada hari Minggu setelah tentara Israel mengepungnya sejak dini hari. Marwan al-Sultan, direktur fasilitas tersebut, yang merupakan rumah sakit umum terakhir yang berfungsi di utara, menggambarkan situasi tersebut sebagai “bencana” dan meminta organisasi internasional untuk mendesak keselamatan tim medis.

Dr Muhammad Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit al-Shifa di Gaza utara, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pengeboman Rumah Sakit Indonesia berdampak parah pada peluang bertahan hidup bagi mereka yang membutuhkan perawatan medis.

Ribuan orang sakit dan terluka bisa meninggal, ia memperingatkan, seraya menambahkan bahwa donor darah sangat dibutuhkan.

Dr Muhammad Zaqout, direktur jenderal rumah sakit di Gaza, mengutuk “tindakan sistematis Israel terhadap rumah sakit”.

"Israel sengaja membunuh orang yang terluka dengan mencegah mereka mencapai rumah sakit dan langsung menargetkan pasien, yang terluka, dan staf medis di dalam rumah sakit," katanya kepada Al Jazeera.

Ia mengatakan Rumah Sakit Al-Awda di Jabalia, Gaza utara, dan Rumah Sakit Eropa Gaza di Gaza selatan juga telah dibom, membahayakan pasien dan staf medis.

Share: