"....kami tidak dapat menghentikan pengayaan kami karena ini adalah pencapaian para ilmuwan kami sendiri, dan sekarang, lebih dari itu, ini adalah masalah kebanggaan nasional."
Teheran, Suarathailand- Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan Teheran tidak dapat menghentikan program pengayaan uraniumnya yang rusak parah akibat gelombang serangan udara AS dan Israel bulan lalu.
"Program ini sekarang dihentikan karena, ya, kerusakannya serius dan parah, tetapi jelas, kami tidak dapat menghentikan pengayaan kami karena ini adalah pencapaian para ilmuwan kami sendiri, dan sekarang, lebih dari itu, ini adalah masalah kebanggaan nasional," kata Araghchi kepada stasiun televisi AS Fox News dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada hari Senin.
Araghchi mengatakan di awal wawancara bahwa Iran "terbuka untuk berunding" dengan Amerika Serikat, tetapi perundingan tersebut tidak akan dilakukan secara langsung "untuk saat ini".
"Jika mereka [AS] menginginkan solusi yang saling menguntungkan, saya siap untuk berunding dengan mereka," ujarnya.
"Kami siap melakukan langkah-langkah membangun kepercayaan apa pun yang diperlukan untuk membuktikan bahwa program nuklir Iran bersifat damai dan akan tetap damai selamanya, dan Iran tidak akan pernah mengembangkan senjata nuklir, dan sebagai imbalannya, kami berharap mereka mencabut sanksi mereka," tambah menteri luar negeri tersebut.
"Jadi, pesan saya kepada Amerika Serikat adalah mari kita cari solusi yang dinegosiasikan untuk program nuklir Iran."
Komentar Araghchi merupakan bagian dari wawancara berdurasi 16 menit yang ditayangkan di Fox News, sebuah stasiun televisi yang diketahui diawasi ketat oleh Presiden AS Donald Trump.
"Ada solusi yang dinegosiasikan untuk program nuklir kami. Kami telah melakukannya sekali di masa lalu. Kami siap melakukannya sekali lagi," kata Araghchi.
Teheran dan Washington telah mengadakan perundingan mengenai program nuklir awal tahun ini, tujuh tahun setelah Trump menarik AS keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang ditandatangani Teheran dengan beberapa kekuatan dunia pada tahun 2015. Berdasarkan pakta tersebut, Iran membuka situs nuklir negara itu untuk inspeksi internasional yang komprehensif dengan imbalan pencabutan sanksi.
Keputusan Trump untuk menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Iran sedang menjalankan "program nuklir rahasia".
Iran telah lama menegaskan bahwa program pengayaan nuklirnya semata-mata untuk tujuan sipil.
AS dan Iran terlibat dalam perundingan pada bulan Mei untuk mencapai kesepakatan baru, tetapi negosiasi tersebut gagal ketika Israel melancarkan serangan bom mendadak di seluruh Iran pada 13 Juni, yang menargetkan situs militer dan nuklir.
Lebih dari 900 orang tewas di Iran, dan setidaknya 28 orang tewas di Israel sebelum gencatan senjata diberlakukan pada 24 Juni.