Iran Kecam Agen Australia Berbohong dan Tuduh Iran Buat Senjata Nuklir

Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk "informasi palsu" yang disebarkan dalam laporan tersebut dan menuntut penjelasan dari pemerintah Austria.

   

Iran, Suarathailand- Iran pada hari Jumat mencap sebagai "palsu" sebuah laporan intelijen Austria yang mengatakan Teheran sedang berusaha mendapatkan senjata atom, bahkan saat negara itu sedang melakukan negosiasi yang rumit dengan Amerika Serikat mengenai program nuklirnya.

Dalam laporan tahunannya mengenai ancaman global, dinas intelijen domestik Austria (DSN) mengatakan pada hari Senin bahwa "program pengembangan senjata nuklir Iran sudah sangat maju."

Amerika Serikat, Israel, dan negara-negara Barat lainnya telah berulang kali menuduh Iran berusaha memperoleh senjata nuklir.

Iran dengan tegas membantah klaim tersebut, sebaliknya berpendapat bahwa negara itu sedang mengejar program nuklir untuk tujuan sipil saja.

Namun, menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Iran adalah satu-satunya negara di dunia yang memperkaya uranium hingga 60 persen.

Tingkat itu masih di bawah ambang batas 90 persen yang diperlukan untuk senjata nuklir, tetapi jauh di atas batas 3,67 persen yang ditetapkan berdasarkan perjanjian tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia.

"Semua upaya untuk mencegah persenjataan Iran melalui sanksi dan perjanjian sejauh ini terbukti tidak efektif," kata laporan Austria tersebut.

Pada hari Jumat, Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk "informasi palsu" yang disebarkan dalam laporan tersebut dan menuntut penjelasan dari pemerintah Austria.

IAEA, yang berkantor pusat di ibu kota Austria, akan menerbitkan tinjauannya sendiri tentang aktivitas nuklir Iran dalam beberapa hari mendatang.

Iran dan Amerika Serikat terlibat dalam upaya yang dimediasi Oman untuk mencapai kesepakatan tentang program nuklir Teheran, setelah Donald Trump selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden menarik diri dari perjanjian tahun 2015.

Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk pertemuan Iran-AS berikutnya sejak diskusi minggu lalu di Roma.

Pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengatakan dia "tidak yakin" bahwa kesepakatan dengan Amerika Serikat akan segera terjadi.

Pernyataannya muncul setelah Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa kedua belah pihak "sangat dekat dengan solusi."

Share: