Ini Keluh Kesah Menlu Rusia Setelah Hadiri Pertemuan G20 di Bali

Negara-negara barat memanfaatkan pertemuan G-20 untuk melancarkan serangan verbal terhadap Rusia.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menyampaikan keluhan setelah hadir dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 (FMM) di Nusa Dua, Badung, Bali. 

Lavrov mengatakan para Menlu negara-negara Barat yang menghadiri pertemuan G20 di Indonesia pekan ini justru menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan serangan verbal terhadap Rusia, alih-alih berpegang pada diskusi tentang tantangan ekonomi global. 

Lavrov mengatakan bahwa dia memutuskan tidak pergi ke pertemuan puncak untuk berfoto dengan pejabat lain.

Lavrov mengatakan sinyal yang datang dari negara-negara Barat saling bertentangan. Pasalnya, beberapa pejabat menyerukan resolusi damai konflik di Ukraina. Sementara yang lain mendesak Ukraina untuk berjuang dan menang sebelum berbicara dengan Moskwa.

“Jika Barat tidak menginginkan pembicaraan dan menginginkan kemenangan atas Rusia di medan perang maka mungkin kita tidak punya apa-apa untuk dibicarakan,” tuding Lavrov. 

Kehadiran Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov selama pertemuan para Menlu G20 di Bali menjadi kontroversi. Bahkan sejak ketibaannya, ia sudah mendapat banyak penolakan.

Ketika tiba di lokasi pertemuan di Nusa Dua, Bali pada Jumat (8/7), Lavrov langsung diteriaki "When will you stop the war" dan "Why don't you stop the war". Ketika itu, Lavrov tengah berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang menyambutnya.

Tidak hanya itu, Lavrov juga mengaku mendapatkan banyak kritik dari negara-negara Barat selama pertemuan yang turut membahas upaya menghentikan perang di Ukraina itu.

"(Kata-kata) 'agrsor', 'penjajah, 'pendudukan', kami banyak mendengar itu hari ini," kata Lavrov kepada wartawan.

Lavrov mengatakan, Barat telah menyia-nyiakan kesempatan untuk membahas situasi ekonomi, dan membuat diskusi menyimpang terkait situasi di Ukraina.

"Selama diskusi, mitra Barat menghindari mengikuti mandat G20, dari menangani masalah ekonomi dunia," ucapnya. (rt, reuter, kompas)


Share: