Indonesia, Thailand dan Malaysia Kini Lebih Pede Dagang Tanpa Dolar AS

Sejumlah negara Asean seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia sudah  memiliki kesepakatan local currency settlement (LCS). Kesepakatan ini  memungkinkan ketiga negara tak menggunakan dolar AS dalam transaksi  perdagangan bilateral.

Transaksi perdagangan menggunakan LCS ini  terus meningkat. Bank Indonesia (BI) mengharapkan LCS bisa menjadi  pilihan pembayaran untuk para eksportir ketika bertransaksi perdagangan.  

Direktur Departemen Internasional BI Wahyu Pratomo menjelaskan  pemikiran LCS ini merupakan hal yang potensial, karena transaksi  menggunakan mata uang lokal.

"Pandangan kami ada sebagian dari transaksi pembayaran itu potensial  jika dilakukan dengan mata uang lokal penyelesaiannya," ujar Wahyu dalam  konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Selasa (9/4/2019).

Dia  menambahkan, namun ada juga pembayaran yang harus menggunakan dolar AS.  Misalnya perdagangan komoditas antar negara, seperti produk CPO.  Sehingga secara praktis kuotasinya menggunakan dolar AS.

Tapi untuk pengusaha yang transaksinya menggunakan LCS maka bisa  terselamatkan jika terjadi gonjang-ganjing penguatan dolar AS. Karena  uang tak perlu dikonversi ke mata uang negeri Paman Sam itu. "Pelaku  usaha bisa confident dengan LCS ini, jadi bisa dilihat menguntungkan atau tidak," ujar dia.

Pada  kuartal I 2019, total transaksi perdagangan melalui LCS menggunakan  Baht tercatat Rp 185 miliar meningkat dibandingkan periode 2018 Rp 96  miliar. Sementara itu untuk transaksi LCS menggunakan Ringgit setara  dengan Rp 1 triliun meningkat tajam jika dibandingkan periode 2018  sebesar Rp 83 miliar.

Bank Indonesia dan Bank of Thailand secara  rutin melakukan tukar pandangan dan pengalaman sehingga dapat memperkaya  dan memperkuat kapasitas kedua belah pihak dalam mengelola risiko dan  tantangan ke depan.

Bank Indonesia dan Bank of Thailand meyakini  bahwa penguatan kerja sama antar otoritas di tingkat bilateral,  regional, dan multilateral menjadi salah satu kunci dalam menghadapi  tantangan yang semakin kompleks di tengah ketidakpastian perekonomian  global yang tinggi.

Bank sentral negara tersebut meneguhkan  komitmen untuk terus memperkuat kerja sama yang saling menguntungkan  antara kedua bank sentral, termasuk melanjutkan pertemuan bilateral  dalam tataran Pimpinan Bank Sentral maupun dalam tataran teknis. (detik.com)





Share: