China dan Thailand Investasi Rp70,2 Triliun di Indonesia

Pameran dagang Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 menghasilkan investasi  sebesar 4,68 miliar dolar AS atau sekitar  Rp 70,2 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS). Investasi tersebut berasal dari China dan Thailand.

Menurut  Direktur Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan  Arlinda, dua investasi tersebut merupakan hasil kerja keras duta besar  dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang merupakan perwakilan  pemerintahan di luar negeri. Arlinda menjelaskan, investasi dua negara  memiliki tujuan berbeda.

China dengan nilai investasi 4,5 miliar dolar AS ditujukan di bidang  informasi dan teknologi (IT) untuk membantu pengembangan Kawasan Ekonomi  Khusus (KEK) Belitung. "Mereka membantu dari segi peningkatan ekspor,  ecommerce, logistik dan sebagainya," ucapnya ketika ditemui di acara TEI  2018 di Tangerang, Rabu (24/10).

Arlinda menuturkan, nilai  investasi dari China terbilang besar. Sebab, Negeri Tirai Bambu ini  ingin membangun powerplan dan mengembangkan infrastruktur kawasan  industri, termasuk pelabuhan. Tujuannya, KEK Belitung bisa menjadi  kawasan terpadu, sehingga membantu pertumbuhan ekonomi dari sektor  pariwisata.

Dalam pengembangan KEK Belitung, tidak semua  modal diserahkan kepada China. Pembagian modal masih didominasi oleh  perusahaan Indonesia, yakni 60 persen dan sisanya dari China. 

Arlinda  belum bisa memastikan, kapan pengembangan mulai berjalan karena masih  harus dilakukan tahapan lain. "Kita harus melakukan pembebasan lahan  dulu," ujarnya.

Sementara itu, nilai investasi Thailand  mencapai 180 juta dolar AS yang ditujukan untuk membangun industrial  estate. Arlinda belum bisa memberikan lokasi estate secara detail  mengingat kerja sama ini masih berada di tahapan awal.

Selain  dua itu, pemerintah tetap berupaya mencari investor lain melalaui  perwakilan di luar negeri. Kemendag bekerja sama dengan Kementerian Luar  Negeri untuk mendorong mereka dalam menggaet buyer dan menghasilkan  transaksi. 

"Dari sekarang, perwakilan sudah mulai bekerja untuk mengumpulkan buyer untuk TEI tahun depan," tuturnya.

Menteri  Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, ekspor menjadi satu dari  dua kunci untuk menjaga surplus perdagangan, di samping investasi. Ia  mengakui, masih ada beberapa kendala yang dialami eksportir. Di  antaranya, tantangan saat pemeriksaan di tempat tujuan, khususnya untuk  negara yang belum memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia.

Enggar  menuturkan, untuk mengatasinya, pemerintah berkomitmen untuk rutin  melakukan dialog dengan pengusaha. Tujuannya, agar pemerintah dapat  mencari solusi case by case. 

"Kami juga akan adakan rapat terbatas mengenai apalagi yang bisa diberikan atau intensif kepada eksportir," katanya. (Republika.co.id)

Share: