Banjir Tewaskan 300 Ekor Babi di Thailand, Kerugian Rp10 Miliar

Peternak berhasil menyelamatkan sekitar 2.700 babi yang juga terdampak banjir.

Lampang, Suarathailand- Lebih dari 300 ekor babi mati setelah terendam selama tiga hari akibat banjir mendadak di sebuah peternakan di provinsi utara Lampang, Thailand. Peristiwa ini menyebabkan kerusakan signifikan diperkirakan mencapai 21 juta baht (Rp10 miliar).

Banjir ini terjadi di Peternakan Krissana di Ban Watthana, kecamatan Sobprab, distrik Sobprab, provinsi Lampang. Peternakan yang menampung sekitar 3.000 ekor babi itu terendam banjir dari Sungai Wang. Meskipun ada upaya untuk membuat tanggul pelindung di sekitar peternakan, permukaan air naik dengan cepat, menggenangi area tersebut.

Krissana, pemilik peternakan, menjelaskan ia telah memantau ketinggian air secara terus-menerus dan telah membangun penghalang tanah di sekitar peternakan.

Awalnya, air tidak menembus penghalang tersebut. Namun, situasi berubah dengan cepat saat banjir datang dari utara desa Ban Watthana dan mengalir kembali melalui pipa drainase, sehingga peternakan babi pun terendam dengan cepat. Akibatnya, babi-babi tersebut terendam selama lebih dari tiga hari.

“Kali ini air datang dengan sangat cepat, jauh lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya.”

Setelah banjir pertama, penduduk desa setempat, petugas penyelamat, pejabat pemerintah, dan petugas polisi dari Kantor Polisi Sobprab datang untuk membantu mengevakuasi babi-babi tersebut.

Mereka berhasil menyelamatkan sekitar 2.700 babi, tetapi sayangnya, sekitar 300 babi mati dalam banjir. Beberapa babi yang selamat saat ini dalam kondisi kesehatan yang buruk karena terpapar air dalam waktu yang lama.

Kerugian yang signifikan

Banjir mulai menggenangi peternakan pada tanggal 25 September dini hari. Kecepatan dan volume air menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam waktu yang sangat singkat.

Krissana mencatat bahwa banjir tahun ini jauh lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya, sehingga memaksanya untuk menerima kerugian yang sangat besar.

Sebagian besar babi di peternakan tersebut berusia sekitar empat bulan, hanya tersisa satu bulan hingga mencapai usia lima bulan, saat mereka siap untuk dijual. Banjir melanda tepat sebelum mereka dapat dijual, menambah dampak finansial pada peternakan tersebut.

“Kami hanya harus menerima kerugian ini.”

Banjir tersebut membuat peternakan tersebut harus membuang ratusan bangkai babi, dan banyak yang dikubur di kuburan massal.

Pemandangan di peternakan tersebut suram dengan bau busuk babi yang memenuhi udara, sebuah pengingat yang kuat akan bencana yang melanda dengan begitu cepat, lapor KhaoSod.

Share: