Hong Kong dan Thailand mewaspadai penerbangan dari wilayah terjangkit Penyakit X.
Dari 376 kasus yang tercatat, hampir 200 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Kongo, Suarathailand- Sejumlah negara mulai mewaspadai fenomena penyakit menular X yang belum teridentifikasi yang menewaskan 79 orang di Kongo. Sejak Oktober 2024 penyakit ini telah menyerang ratusan orang.
Para pejabat kesehatan di Kongo masih berusaha menemukan penyebabnya dalam beberapa hari ke depan. Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika Jean Kaseya, dari total 376 kasus yang tercatat, hampir 200 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Mayoritas korban meninggal berumur 15-18 tahun. Wabah ini terdeteksi di provinsi Kwango, tepatnya di zona kesehatan Panzi. Gejala awal yang dilaporkan mencakup demam, sakit kepala, batuk, dan kesulitan bernapas. Peringatan nasional telah umumkan pada 1 Desember, beberapa minggu setelah kasus pertama ditemukan.
Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional, Dieudonne Mwamba, menduga penyakit ini menular melalui udara atau airborn. Sampel pasien telah dikirim ke laboratorium nasional di Kinshasa, yang berjarak sekitar 500 kilometer dari lokasi wabah. Hasil pengujian diharapkan selesai dalam 48 jam sesudahnya.
Kementerian Kesehatan Kongo menyatakan bahwa asal penyakit ini masih menjadi misteri. “Kami dalam keadaan siaga maksimum, kami menganggap ini sebagai tingkat epidemi yang perlu kami pantau,” ujar Menteri Kesehatan, Samuel Roger Kamba,
Pemerintah mengimbau masyarakat untuk mencuci tangan secara rutin, menghindari pertemuan besar, serta tidak menyentuh jenazah tanpa pengawasan petugas kesehatan yang berkompeten.
Kemunculan penyakit X terjadi bersamaan dengan meningkatnya kasus influenza. Hal ini memunculkan kembali kekhawatiran akan patogen baru yang berpotensi menyebar secara global. Situasi ini mengingatkan pada pandemi covid-19 yang sebelumnya memaksa banyak negara menutup perbatasan dan menghentikan berbagai aktivitas ekonomi serta sosial.
Awal tahun 2024 ini, kasus cacar air jenis baru juga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menetapkannya sebagai darurat kesehatan masyarakat. Namun, penyebaran virus tersebut di luar Afrika hingga kini masih sporadis.
Seorang pejabat WHO wilayah Afrika menyatakan mereka telah mengirimkan tim ke lokasi wabah untuk mengumpulkan sampel dan melakukan investigasi laboratorium. CDC Amerika Serikat, yang memiliki kantor di Kongo, juga terlibat dalam memberikan bantuan teknis kepada tim respons cepat lokal.
Sejumlah negara meningkatkan kewaspadaan terkait penyakit X dengan memperketat penjagaan di bandara, khususnya untuk kedatangan dari wilayah terjangkit penyakit ini.




