28 Tewas Setelah Junta Militer Serang Biara Tempat Pengungsian di Myanmar

Biara tersebut menampung sekitar 200 orang yang mengungsi akibat pertempuran antara tentara dan pasukan pro-demokrasi.


Myanmar, Suarathailand- Warga Sagaing mengatakan serangan udara junta menargetkan bangunan yang menampung 200 orang yang mengungsi akibat pertempuran

Setidaknya 23 orang telah dipastikan tewas, termasuk empat anak-anak, setelah serangan terhadap sebuah biara di sebuah desa di wilayah Sagaing, Myanmar, menurut saksi mata pada hari Jumat.

The Irrawaddy, sebuah portal berita daring independen, menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 28 orang, dan mengatakan sebuah jet tempur junta dua kali mengebom biara yang menampung para pengungsi.

Biara di desa Lintalu diserang pada Jumat dini hari, kata Hlaing Bwa, kepala Administrasi Rakyat Distrik Sagaing, sebuah kelompok pro-demokrasi yang mengelola sebagian wilayah tengah.

Ia dan seorang penduduk setempat menggambarkan serangan itu sebagai serangan udara oleh Dewan Administrasi Negara, nama resmi untuk junta militer yang berkuasa. Seorang juru bicara junta tidak menanggapi permintaan komentar.

Biara tersebut menampung sekitar 200 orang yang mengungsi akibat pertempuran antara tentara dan pasukan pro-demokrasi di dekatnya, ujar Hlaing Bwa kepada Reuters.

Reuters tidak dapat segera memverifikasi sifat serangan tersebut.

Seorang juru bicara Pemerintah Persatuan Nasional sipil paralel, yang melacak serangan udara, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Myanmar telah dilanda konflik sejak militer menekan protes terhadap kudeta 2021 yang menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi.

Beberapa hari setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter melanda Sagaing pada 28 Maret, pemerintah mengumumkan gencatan senjata sementara untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan membantu membangun kembali wilayah tersebut, setelah langkah serupa dilakukan oleh kelompok anti-junta bersenjata.

Namun, militer terus melancarkan serangan udara dan serangan artileri di wilayah yang dikuasai pemberontak, termasuk wilayah yang telah hancur akibat gempa, yang menewaskan hampir 3.700 orang.

Pada bulan Mei, NUG menuduh junta militer menewaskan setidaknya 17 siswa dalam serangan udara yang menghantam sebuah sekolah di kota Depayin, juga di Sagaing dan dekat dengan episentrum gempa.

Phoe Kaine, seorang warga Lintalu yang tinggal di dekat biara tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa selain 23 korban tewas yang dikonfirmasi, banyak lagi yang terluka dalam serangan itu.

“Kami sedang mengevakuasi pasien yang membutuhkan perawatan medis segera sebagai bagian dari upaya penyelamatan dan bantuan kami yang sedang berlangsung,” kata Phoe Kaine.

Share: