20 rumah sakit Thailand terdampak konflik, 13 di antaranya telah ditutup, sementara 7 lainnya sebagian ditutup.
Bangkok, Suarathailand- Juru Bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat, Dr. Varoth Chotpitayasunondh, melaporkan bahwa bentrokan di perbatasan telah menyebabkan 15 warga sipil tewas dan 53 lainnya luka-luka.
Di antara korban tewas, lima orang dilaporkan merupakan pelajar lokal.
Kementerian juga melaporkan bahwa 20 rumah sakit terdampak, 13 di antaranya telah ditutup, sementara 7 lainnya sebagian ditutup.
Sebanyak 175 puskesmas tingkat kecamatan juga terdampak.
Dr. Varoth juga melaporkan bahwa hingga saat ini, 548 dari 1.221 tim tanggap kesehatan masyarakat telah beroperasi. Tim tersebut termasuk Tim Tanggap Darurat Medis (MERT), Mini MERT, dan tim terkait lainnya, tambahnya.
Dalam layanan kesehatan mental, 21.007 orang telah menerima skrining kesehatan mental dari Tim Tanggap Krisis Kesehatan Mental (MCATT).
Dari jumlah tersebut, 293 orang didiagnosis mengalami stres berat, sementara 41 orang melaporkan risiko bunuh diri, kata Dr. Varoth.
Sementara itu, Tentara Kerajaan Thailand (RTA) melaporkan tiga tentara tewas dalam serangan pada hari Senin.
Mereka adalah SM1 Theerayuth Sijuijai dari Resimen Infantri ke-3, SM Apirom Songput dari Resimen Infantri ke-8, dan Prajurit Theerayuth Krajangthong dari Batalyon Artileri Antipesawat ke-2.
Hingga Selasa, jumlah korban di antara personel militer telah mencapai 14 orang sejak pertempuran pecah pada 24 Juli.
Pasukan tetap berhati-hati setelah gencatan senjata diberlakukan.
Penggunaan persenjataan juga telah berkurang di wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali Wilayah Angkatan Darat ke-2, menurut RTA.
Sementara itu, dampak terhadap sekolah dan siswa telah dilaporkan.
Plt. Letnan Muda Thanu Wongjinda, sekretaris jenderal Kantor Komisi Pendidikan Dasar (Obec), mengatakan bahwa Obec saat ini sedang menyusun rencana pembelajaran bagi siswa di wilayah sengketa, sesuai dengan kekhawatiran Yang Mulia Putri Maha Chakri Sirindhorn.
Rencana tersebut akan didasarkan pada metode pembelajaran yang digunakan selama pandemi Covid-19. Obec akan menerapkan lima metode "on-the-box" bagi siswa di perbatasan.
Menurut Plt. Letnan Muda Thanu, sekolah-sekolah di lokasi yang lebih aman dapat mengoperasikan ruang kelas "di tempat" jika situasi kembali normal.
Sekolah dapat memilih kelas "on-air" melalui sistem DLTV, kelas "online", atau kelas "on-demand" melalui aplikasi seluler.
Siswa dapat memilih lembar pelajaran "on-handed" dari sekolah mereka.